A. Strukturalisme Dinamik
Strukturalisme dinamik lebih
merupakan pengembangan strukturalisme murni atau klasik. Strukturalisme dinamik
mengakui kesadaran subyektif dari pengaran, mengakui peran sejarah serta
lingkungan sosial. Perbedaan pokok antara strkturalisme genetik dan dinamik
terletak pada subyek yang diteliti. Strukturalisme dinamik lebih menekankan
pada karya-karya masterpiece, karya mainstream dan karya agung. Strukturalisme
dinamik lebih fleksibel dalam menerapkan teori penelitian. Teori yang dipakai
biasanya merupakan gabungan sedikit-sedikit antara teori satu dengan yang lain.
Penelitian ini menolak asumsi-asumsi strukturalisme murni yang sangat menolak kesadaran
subjektif, takluk pada sistem, menolak historisme, mengidolakan sinkronik dan
anti humanisme. Atas dasar ini struktur dinamik justru mengenalkan
penelitian sastra dalam kaitannya dengan sistem tanda. Caranya adalah
menggabungkan kajian otonom karya sastra dan semiotik. Kajian otonom, dilakukan
secara intrinsik dan kajian semiotik akan mempresentasikan teks sastra sebagai
ekspresi gagasan, pemikiran, dan cita-cita pengarang. Gagasan tersebut
dimanifestasikan dalam tanda-tanda khusus. Kepaduan antara struktur otonom dan
tanda ini merupakan wujud bahwa struktur karya sastra bersifat dinamik.
Menurut Endraswara (2013: 63)
menyatakan bahwa :
penelitian strukturalisme dinamik
mencakup dua hal yaitu: (1) membedah karya sastra yang merupakan tampilan
pikiran, pandangan, dan konsep dunia dari pengarang itu sendiri dengan
menggunakan bahasa sebagai tanda (ikonik, simbolik, dan indeksikal) dari
beragam makna; (2) analisis teks sastra yang berkaitan dengan pengarang dengan
realitas lingkungannya.
Selain itu fokus penelitian
strukturalisme dinamik yaitu : (1) agak sedikit terpengaruh semiotik dan telaah
(2) berhubungan sosiologi sastra. Hal ini berarti bahwa strukturalisme dinamik
agak sedikit mengalami “kekacauan”, dengan cara mencampuradukkan model
penelitian sastra.
Komentar
Posting Komentar