UNSUR-UNSUR INTRINSIK & EKSTRINSIK KARYA SASTRA
A.
Pengertian Sastra
Kesusastraan : susastra + ke –
an; su + sastra; su berarti indah atau
baik. Sastra berarti lukisan atau karangan.
Susastra berarti karangan atau
lukisan yang baik dan indah.
Kesusastraan berarti segala tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah.
Kesusastraan berarti segala tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah.
B. Fungsi Sastra
Dalam
kehidupan masayarakat sastra mempunyai beberapa fungsi yaitu :
1.
Fungsi rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan
hiburan yang menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya.
2.
Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu mengarahkan
atau mendidik pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang
terkandung didalamnya.
3.
Fungsi estetis, yaitu sastra mampu memberikan
keindahan bagi penikmat/pembacanya karena sifat keindahannya.
4.
Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan
pengetahuan kepada pembaca/peminatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk,
karena sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi.
5.
Fungsi religius, yaitu sastra pun menghasilkan
karya-karya yang mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para
penikmat/pembaca sastra.
C. Ragam
Sastra
1.
Dilihat dari bentuknya, sastra terdiri atas 4 bentuk, yaitu :
a) Prosa, bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang
tidak terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi.
b) Puisi, bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan habasa yang singkat
dan padat serta indah. Untuk puisi lama, selalu terikat oleh kaidah atau aturan
tertentu, yaitu :
·
Jumlah baris tiap-tiap baitnya,
·
Jumlah suku kata atau kata dalam tiap-tiap
kalimat atau barisnya,
·
Irama, dan
·
Persamaan bunyi kata.
c) Prosa liris, bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi namun
menggunakan bahasa yang bebas terurai seperti pada prosa.
d) Drama, yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang
bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau monolog. Drama ada
dua pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan.
2. Dilihat dari isinya, sastra terdiri atas 4 macam, yaitu :
a) Epik, karangan yang melukiskan sesuatu secara obyektif tanpa mengikutkan
pikiran dan perasaan pribadi pengarang.
b) Lirik, karangan yang berisi curahan perasaan pengarang secara subyektif.
c) Didaktif, karya sastra yang isinya mendidik penikmat/pembaca tentang
masalah moral, tatakrama, masalah agama, dll.
d) Dramatik, karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian(baik atau buruk) denan pelukisan yang berlebih-lebihan.
d) Dramatik, karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian(baik atau buruk) denan pelukisan yang berlebih-lebihan.
3. Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a) Kesusastraan Lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat
lama dalam sejarah bangsa Indonesia. Kesusastraan Lama Indonesia dibagi menjadi
:
·
Kesusastraan zaman purba,
·
Kesusastraan zaman Hindu Budha,
·
Kesusastraan zaman Islam, dan
·
Kesusastraan zaman Arab – Melayu.
b) Kesusastraan Peralihan, kesusastraan yang hidup di zaman Abdullah bin
Abdulkadir Munsyi. Karya-karya Abdullah bin Abdulkadir Munsyi ialah :
·
Hikayat Abdullah
·
Syair Singapura Dimakan Api
·
Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah
·
Syair Abdul Muluk, dll.
c) Kesusastraan Baru, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat
baru Indonesia. Kesusastraan Baru mencangkup kesusastraan pada Zaman :
·
Balai Pustaka/ Angkatan ‘20
·
Pujangga Baru/ Angkatan ‘30
·
Jepang
·
Angkatan ‘45
·
Angkatan ‘66
·
Mutakhir/ Kesusastraan setelah tahun 1966 sampai
sekarang
D. Unsur
Intrinsik dan Ekstrinsik
Karya sastra
disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur yang dimaksud ialah unsur
intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah
karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti :
tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latae dan pelataran, dan pusat
pengisahan. Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya
sastra dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain.
1. Unsur Intrinsik
a) Tema dan Amanat
Tema ialah persoalan yang
menduduki tempat utama dalam karya sastra. Tema mayor ialah tema yang sangat
menonjol dan menjadi persoalan. Tema minor ialah tema yang tidak menonjol.
Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjadi makna niatan dan makna muatan. Makna niatan ialah makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah makana yang termuat dalam karya sastra tersebut.
Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjadi makna niatan dan makna muatan. Makna niatan ialah makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah makana yang termuat dalam karya sastra tersebut.
b) Tokoh dan Penokohan
Tokoh ialah pelaku dalam karya
sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya
ada satu tokoh utama. Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam
mengambil peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar (flash
character) dan tokoh bulat (round character).
Tokoh datar ialah tokoh yang
hanya menunjukkan satu segi, misalny6a baik saja atau buruk saja. Sejak awal
sampai akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat adalah tokoh
yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi
ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini. Dari segi kejiwaan dikenal ada
tokoh introvert dan ekstrovert. Tokoh introvert ialah pribadi tokoh tersebut
yang ditentukan oleh ketidaksadarannya. Tokoh ekstrovert ialah pribadi tokoh
tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya. Dalam karya sastra dikenal pula
tokoh protagonis dan antagonis. Protagonis ialah tokoh yang disukai pembaca
atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya. Antagonis ialah tokoh yang tidak
disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya.
Penokohan atau perwatakan
ialah teknik atau cara-cara menampilkan tokoh. Ada beberapa cara menampilkan
tokoh. Cara analitik, ialah cara penampilan tokoh secara langsung melalui
uraian pengarang. Jadi pengarang menguraikan ciri-ciri tokoh tersebut secara
langsung. Cara dramatik, ialah cara menampilkan tokoh tidak secara langsung
tetapi melalui gambaran ucapan, perbuatan, dan komentar atau penilaian pelaku
atau tokoh dalam suatu cerita.
·
Dialog ialah cakapan antara seorang tokoh dengan
banyak tokoh.
·
Dualog ialah cakapan antara dua tokoh saja.
·
Monolog ialah cakapan batin terhadap kejadian
lampau dan yang sedang terjadi.
·
Solilokui ialah bentuk cakapan batin terhadap
peristiwa yang akan terjadi.
c) Alur dan Pengaluran
Alur disebut juga plot, yaitu
rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu
kesatuan yang padu bulat dan utuh. Alur terdiri atas beberapa bagian :
·
Awal, yaitu pengarang mulai memperkenalkan
tokoh-tokohnya.
·
Tikaian, yaitu terjadi konflik di antara
tokoh-tokoh pelaku.
·
Gawatan atau rumitan, yaitu konflik tokoh-tokoh
semakin seru.
·
Puncak, yaitu saat puncak konflik di antara
tokoh-tokohnya.
·
Leraian, yaitu saat peristiwa konflik semakin
reda dan perkembangan alur mulai terungkap.
·
Akhir, yaitu seluruh peristiwa atau konflik
telah terselesaikan.
Pengaluran, yaitu teknik atau
cara-cara menampilkan alur. Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi
alur erat dan alur longggar. Alur erat ialah alur yang tidak memungkinkan
adanya pencabangan cerita. Alur longgar adalah alur yang memungkinkan adanya
pencabangan cerita. Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur
tunggal dan alur ganda. Alur tunggal ialah alur yang hanya satu dalam karya
sastra. Alur ganda ialah alur yang lebih dari satu dalam karya sastra. Dari
segi urutan waktu, pengaluran dibedakan kedalam alur lurus dan tidak lurus.
Alur lurus ialah alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal
sampai akhir cerita. Alur tidak lurus ialah alur yang melukiskan tidak urut
dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus bisa menggunakan gerak balik
(backtracking), sorot balik (flashback), atau campauran keduanya.
d) Latar dan Pelataran
Latar disebut juga setting,
yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
sebuah karya sastra. Latar atau setting dibedakan menjadi latar material dan
sosial. Latar material ialah lukisan latar belakang alam atau lingkungan di
mana tokoh tersebut berada. Latar sosial, ialah lukisan tatakrama tingkah laku,
adat dan pandangan hidup. Sedangkan pelataran ialah teknik atau cara-cara
menampilkan latar.
e) Pusat Pengisahan
Pusat pengisahan ialah dari
mana suatu cerita dikisahkan oleh pencerita. Pencerita di sini adalah privbadi
yang diciptakan pengarang untuk menyampaikan cerita. Paling tidak ada dua pusat
pengisahan yaitu pencerita sebagai orang pertama dan pencerita sebagai orang
ketiga. Sebagai orang pertama, pencerita duduk dan terlibat dalam cerita
tersebut, biasanya sebagai aku dalam tokoh cerita. Sebagai orang ketiga,
pencerita tidak terlibat dalam cerita tersebut tetapi ia duduk sebagai seorang
pengamat atau dalang yang serba tahu.
2. Unsur Ekstrinsik
Tidak ada
sebuah karya sastra yang tumbuh otonom, tetapi selalu pasti berhubungan secara
ekstrinsik dengan luar sastra, dengan sejumlah faktor kemasyarakatan seperti
tradisi sastra, kebudayaan lingkungan, pembaca sastra, serta kejiwaan mereka.
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa unsur ekstrinsik ialah unsur yang
membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri. Untuk melakukan pendekatan
terhadap unsur ekstrinsik, diperlukan bantuan ilmu-ilmu kerabat seperti
sosiologi, psikologi, filsafat, dan lain-lain.
Komentar
Posting Komentar