AKU YAKIN AKU
BISA
Cipt,AbdulBaiyazid
“Ku berjanji untuk terus mengabdi”.
Tanpa harus kusampaikan, janji itu kutanamkan dalam
hati, sepuluh tahun sudah ku mengabdi di SMP Nusa Bakti yang terletak didaerah
terpencil di pulau Jawa, banyak cerita yang kualami saatku mengabdi disana,
dulu tenaga pengajar disini ada 10 orang guru namun kini hanya tersisa 3 orang
guru alasan keluarnya guru disini adalah soal upah yang tak menentu karena kami
para guru hanya dibayar seikhlasnya, walau begitu aku harus tetap bersemangat
karena janjiku pada negri ini dan inilah tanggung jawabku untuk mencerdaskan
generasi masa depan diwilayah terpencil ini.
Pagi ini disambut dengan gerimis, jalan yang biasa
kulewati akan licin oleh guyuran hujan semalam dan arus sungaipun akan deras
karena menampung air yang turun dari bukit, namun itu semua tak menyurutkan
langkahku untuk mengabdi pada negri ini, telah sampaiku disekolah yang
terpencil ini. Ketika kumasuk kelas VII seperti biasa kuabsen siswaku terlebih
dulu namun hanya 5 orang siswa yang berangkat kesekolah.
“selamat pagi anak-anak” ucapku,
“selamat pagi paaak guruuu” jawab siswa,
“Rina, teman kamu pada kemana? Koq nggak pada
berangkat? Tanyaku,
“iya pak, seperti biasa pak, banyak yang nggak boleh
berangkat oleh orang tuanya pak” jawab Rina,
Ku hanya bisa memakluminya karena aku tau alasan
orang tua mereka melarang anaknya berangkat sekolah apabila semalam hujan,
walau hari ini murid yang berangkat hanya 5 orang, tak menyurutkanku untuk
memberikan pelajaran untuk mereka, setelah kegiatan belajar selesai, seperti
biasa bila setiap seminggu sekali aku pergi kekota untuk membeli beberapa buku
untuk perpustakaan sekolah, ku kemudikan motorku yang telah dimodifikasi untuk
melewati jalanan yang licin dan terjal, sampailah aku dikota dan membeli buku,
inilah kesempatanku untuk mencari informasi tentang kegiatan siswa seperti
lomba-lomba, dan hari ini memang hari keberuntunganku karena dalam waktu dekat
ini ada beberapa lomba cipta puisi, namun biaya dan jarak selalu menjadi
kendala utamaku kalau aku dan muridku mengikuti lomba itu.
Keesokan harinya kusampaikan kepada kepala sekolah
tentang lomba cipta puisi itu,
“maaf pak, boleh minta waktunya sebentar” tanyaku.
“oh ya
silahkan masuk pak Budi” jawab kepala sekolah sambil menyuruhku masuk
keruangannya, setelah masuk dan duduk dihadapannya kujelaskan semua tentang
lomba cipta puisi tersebut,
“begini pak, kemarin waktu saya kekota saya dapat
informasi tentang lomba cipta puisi, saya mohon izin agar sekolah ini dapat
mengikutinya” kataku,
“apa bapak yakin dengan kemampuan siswa di sekolah
ini? Dan bapak juga tahukan betapa jauhnya jarak dari sekolah ini kekota,”
tanya kepala sekolah
“saya yakin pak, kalo ada kemauan dan usaha yang
keras pasti akan ada hasilnya, selain itu dengan kita mengikuti lomba ini
minimal sekolah kita dipandang oleh masyarakat, inilah kesempatan kita untuk
membuktikan bahwa disekolah terpencil kita juga mampu bersaing dengan sekolah
yang ada dikota” jelasku meyakinkan kepala sekolah.
“baiklah bila pak budi menyanggupinya, buktikan
kesaya bahwa anda mampu untuk membimbing lomba di sekolah ini” jawab kepala
sekolah.
“terima kasih atas kesempatan yang bapak berikan”
balasku.
Ku tekadkan hati kalau aku mampu membimbing muridku
dalam lomba, setelah berbicara dengan kepala sekolah, kini saatnya aku mencari
siswa yang berbakat dalam berpuisi untuk mengikuti lomba tersebut, ku
berbincang-bincang dengan seluruh muridku namun hanya satu siswa yang berminat
mengikuti lomba ini, Sinta namanya, dia adalah murid kelas VIII, dia cukup
pandai dalam berpuisi sehingga aku tidak harus membimbingnya dari awal,
“Sinta, apa kamu siap untuk mengikuti lomba ini?”
tanyaku kepada sinta.
“iya pak, saya siap soalnya dari dulu saya suka
menulis puisi pak jadi saya ingin sekali mengikuti lomba ini” jawab Sinta.
“baiklah kalau begitu bapak minta kamu untuk bikin
puisi tentang alam, dan besok tunjukan kesaya puisinya, apa kamu sanggup?”
tanyaku.
“Baik pak saya akan mencobanya” balas Sinta.
Keesokan harinya Sinta memberikan naskah puisi yang
dia buat, ku baca naskah tersebut tanpa kuduga ternyata Sinta memang
benar-benar pintar dalam membuat puisi, tanpa ragu aku kirimkan naskah puisi
tersebut, setelah ku kirimkan naskah puisi kini aku hanya tinggal menunggu hasil
pengumuman yang akan diberitahukan dua hari kedepan. Hari demi hari berlalu
tibalah waktunya aku menunggu pengumuman lomba itu, ku pandangi handphoneku
menunggu pesan dengan penuh harap puisi yang kukirim dapat meraih peringkat,
jantungku berdetak kencang, handphoneku berdering dan langsung kubuka, terasa
lega hati ini membaca pesan tersebut, tak kusangka karya anak didikku menempati
peringkat 3 dan aku diminta untuk hadir diacara pengumuman lomba cipta puisi
untuk menerima penghargaan, aku langsung memberitahu kepala sekolahku untuk
meminta izin menghadiri acara tersebut, kepala sekolahku hanya tersenyum bangga
karena aku telah membuktikan semua itu kepadanya.
***
Komentar
Posting Komentar