Langsung ke konten utama

Pengertian Cerita Rakyat/Hikayat Menurut Ahli - Kajian Ilmu Sastra

A. Pengertian Cerita Hikayat

Cerita hikayat merupakan sebuah karya sastra yang familiar di kalangan masyarakat nusantara. Hal senada diungkapkan oleh Rosa, dkk. (2017: 4) bahwa cerita hikayat merupakan genre yang cukup populer di masyarakat Melayu.

Umar (2017: 13) Mengemukakan bahwa cerita hikayat merupakan prosa lama yang menceritakan suatu riwayat hidup seorang tokoh. Baried, Baroroh, dkk. (1985: 4) menambahkan bahwa cerita rakyat adalah cerita lama yang pernah terjadi, bersifat kenang-kenangan atau sejarah dan juga berupa riwayat. Namun hal berbeda diungkapkan oleh Damayanti (2017) bahwa hikayat adalah suatu prosa lama yang bercerita tentang seputar kehidupan raja-raja dan kehidupan para dewa.

Berdasarkan beberapa teori tersebut, cerita hikayat merupakan karya sastra lama yang berisi tentang riwayat seseorang berkaitan dengan kehidupan raja-raja dan para dewa. Hal ini dapat dilihat dari beberapa contoh cerita rakyat, yakni Abu Nawas, Riwayat Hang Tuah, dan sebagainya.


B. Unsur-Unsur Cerita Hikayat

Cerita rakyat terdiri atas unsur-unsur pembangun cerita rakyat, antara lain: alur, tokoh dan perwatakan, latar, tema dan amanat. Berikut pembahasan masing-masing unsur.

1. Tokoh dan Perwatakan 

Sudjiman (dalam Septiningsih, dkk. 1998:4) mengatakan bahwa tokoh adalah pelaku yang ada dalam cerita dan mengalami berbagai peristiwa di dalamnya. Hal serupa diungkapkan  Aminudin (dalam Siswanto 2008:142) yang menyatakan bahwa tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga mampu menjalin suatu cerita, sementara pengarang menampilkan tokoh disebut penokohan.

Suharianto (2005: 20)Penokohan atau perwatakan merupakan gambaran mengenai tokoh yang ada pada cerita, dapat berupa pandangan hidup, sikap, keyakinan, adat istiadat, dan sebagainya. 

Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku yang ada dalam cerita dan mengalami berbagai peristiwa sehingga mampu menjalin cerita. Sementara, penokohan merupakan penciptaan citra tokoh yang membedakan antara satu tokoh dengan tokoh lain.

2. Latar atau Setting 

Suharianto (2005: 22) menyatakan bahwa latar disebut juga setting yang berarti tempat atau waktu terjadinya cerita. Hal senada juga diutarakan oleh Sudjiman (dalam Septiningsih, dkk. 1998: 5) bahwa latar adalah keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra.

Berdasarkan pendapat di atas, latar atau setting berarti tempat, waktu, dan suasana yang ada di dalam suatu karya sastra. Karya sastra yang dimaksud dalam penelitian ini ialah cerita rakyat.

3. Tema dan Amanat

Tema merupakan pokok permasalahan yang menjadi dominasi dalam karya sastra. Soharianto (2005: 17) menyebutkan bahwa pada hakikatnya, tema adalah permasalahan yang melatarbelakangi pengarang dalam menyusun karya sastra.

Aminudin (dalam Siswanto, 2018: 161) menambahkan bahwa tema merupakan ide yang mengaitkan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa rekaan yang dilakukan oleh pengarang. 

Dari uraian pendapat di atas, tema dapat diartikan sebagai gagasan atau ide pokok pengarang yang ingin disampaikan melalui karya sastranya. Tema suatu karya sastra dapat disampaikan secara tersurat dan dapat pula tersirat.

4. Alur atau Plot

Suharianto (2005: 18) mengungkapkan bahwa plot merupakan cara pengarang menjalin kejadian demi kejadian secara runtut, dengan memperhatikan hukum sebab dan akibat yang berpadu menjadi kesatuan yang utuh. Hal senada diungkapkan oleh Sudjiman (dalam Siswanto 2008: 159) bahwa alur adalah peristiwa yang diurutkan sebagai tulang punggung cerita.

Dari uraian pendapat tentang alur atau plot di atas, disimpulkan bahwa alur merupakan peristiwa-peristiwa yang diurutkan menjadi kesatuan yang utuh dan membentuk sebuah cerita. Alur dalam cerita rakyat terdapat serangkaian peristiwa dari awal hingga akhir.


DAFTAR PUSTAKA

Baried, Baroroh, dkk.. 1985. Memahami Hikayat dalam Sastra Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Damayanti, Rini. 2017. Modul Sastra Lama. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Departemen Pendidikan Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu.

Endraswara, Suwardi. 2013. Foklor Nusantara: Hakikat, Bentuk dan Fungsi. Yogyakarta: Penerbit Ombak Dua.

Permendikbud. 2014. Bahasa  Indonesia Wahana  Pengetahuan. Jakarta:  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Sarumpaet dan Riris K. Toha. 2002. Bacaan Anak-Anak . Jakarta: Pustaka Jaya.

Semi, M.A. 2002. Buku Pendukung Pengajaran Sastra. Dalam Sastra Masuk Sekolah (Editor Riris K. Toha-Sarumpaet). Magelang: Indonesiatera.

Umar, Azhar. 2017. Teori dan Genre Sastra Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra . Jakarta: PT Grasindo.

Wulansari Ayuning, Rosalia, dan Iqlima Safa Nur. 2018. Reaktualisasi Mitos Lokal sebagai Upaya Konservasi Kawasan Hutan Bambu Lereng Semeru Kabupaten Lumajang. Seminar Nasional PS PBSI FKIP Universitas Jember.


Komentar