Halo sobat, memberi pelajaran tentang gotong royong pada anak memang penting dilakukan. Banyak cara mengajarkan anak untuk memiliki sikap gotong royong. Salah satu cara paling mudah dalam mengajarkan sikap tersebut ialah melalui cerita. Harapannya, cerita yang kita sampaikan dapat mengajarkan anak secara tersirat. Oleh karena itu, berikut contoh cerita anak yang mengajarkan gotong royong:
Sepatu untuk Diva
Diva sedih karena ia merasa kesepian ketika teman-temannya sedang bersekolah. Namun, dia juga malu jika memakai sepatu bututnya ke sekolah.
Hari ini pun Diva belum mau berangkat sekolah. Rupanya, beberapa teman dekat Diva penasaran; mengapa Diva tidak masuk sekolah lagi?
"Bagaimana kalau kita jenguk Diva di rumahnya sepulang sekolah nanti?" Usul Caca, salah seorang teman Diva.
"Ide bagus! Kasihan juga dia. Kalau Diva tidak masuk kan bisa ketinggalan pelajaran. Bisa-bisa dia tidak naik kelas nanti," sahut Aya.
Siang itu, sepulang sekolah, Caca dan Aya pun bergegas menuju rumah Diva.
Sesampainya di sana, Diva sedang duduk melamun di teras rumahnya. Kedua sahabat Diva itu pun segera menghampiri.
"Hai, Diva, kamu kenapa tidak berangkat sekolah? Kamu sakit apa?" Tanya Caca, penasaran.
"Tidak apa-apa, Caca. Aku tidak sakit apa-apa kok ," jawab Diva sedikit murung.
"Kalau kamu tidak sakit apa-apa, mengapa kemarin dan hari ini tidak berangkat sekolah?" tanya Aya, semakin penasaran.
Diva semakin terlihat murung. Dia diam saja mendengar pertanyaan itu. Namun, karena rasa penasaran yang tinggi, Aya dan Caca terus menanyakan alasan Diva tidak mau bersekolah hari ini dan kemarin. Oleh karena Aya dan Caca adalah sahabatnya, Diva pun menjelaskan alasan mengapa dirinya tidak berangkat sekolah hari ini.
"Aku malu ke sekolah pakai sepatu rusak. Nanti malah jadi bahan ejekan teman-teman di sekolah karena memakai sepatu itu di sekolah," jawab Diva.
Aya dan Caca pun terdiam mendengar alasan Diva. Mereka mencoba memahami apa yang dirasakan Diva saat ini. Aya dan Caca pun berpikir untuk mencoba memecahkan masalah yang dialami Diva.
"Mengapa kamu tidak meminta dibelikan sepatu baru saja? Dengan begitu kan kamu bisa sekolah tanpa takut diejek lagi," ucap Aya.
"Mama dan Bapakku belum punya cukup uang untuk beli sepatu baru. Tapi sepatu lamaku juga sudah rusak. Aku tidak mau diejek karena sepatu lamaku yang rusak itu," ucap Diva murung.
Aya dan Caca kembali terdiam. Mereka mulai berpikir bagaimana ya caranya agar Diva mau beranglat sekolah? Tanpa terasa, hari sudah hampir gelap. Aya dan Caca pamit pulang.
Ketika mereka sedang di jalan pulang, tiba-tiba...,
"Aha! Aku punya ide. Bagaimana kalau kita iuran saja untuk membelikan Diva sepatu baru? Dengan begitu Diva tidak malu lagi berangkat sekolah. Kamu setuju kan?" celetuk Caca.
Aya mengangguk setuju.
Esok harinya mereka menjalankan ide tersebut. Aya dan Caca mengumpulkan iuran dari teman-teman. Kebetulan pula, guru dan teman-temannya akan menjenguk Diva hari itu. Namun, sebelum Aya dan Caca pergi ke rumah Diva, mereka terlebih dulu pergi ke toko sepatu.
Sesampainya di rumah Diva, Aya dan Caca pun memberikan sepatu tersebut.
"Diva, ini sepatu dari teman-teman. Mulai hari ini kamu bisa berangkat lagi ke sekolah," ucap Caca.
Diva menangis terharu. Ia sangat berterima kasih pada teman-temannya. Sejak hari itu pula Diva kembali berangkat sekolah tanpa malu dan takut diejek karena memakai sepatu yang jelek.
Komentar
Posting Komentar