Langsung ke konten utama

BAB II Fonetik | Fonologi


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Fonetik Dan Bidang Kajiannya
Fonetik yaitu cabang fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujar demikian lazim, hal ini fonetik merupakan media bahasa seperti benda atau zat yang dianggap sebagai bahan-bahan mentah. Menurut Clark dan Yallop dalam Muslich (2014: 8) menyatakan bahwa fonetik merupakan bidang yang berkaitan erat dengan kajian bagamana cara manusia berbahasa serta mendengar dan memproses ujaran yang diterima. Secara umum fonetik dibagi menjadi sebagai berikut.
1.      Fonetik Fisiologi
Fisiologi adalah bidang ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang fungsi fisiologis manusia (Liberman dalam Muslich 2014: 8). Seperti kita ketahui manusia yang  normal tentu mampu menghasilkan berbagai bunyi bahasa dengan memanfaatkan organ-organ tuturnya.
2.      Fonetik Akustis
Kajian fonetik akustis bertumpu pada struktur fisik bunyi-bunyi bahasa dan bagaimana alat pendengaran manusia memberikan reaksi kepada bunyi bahasa yang diterima (Malmberg dalam Muslich 2014: 9). Hal ini fonetik akustik berusaha menguraikan berbagai hal bagaimana suatu bunyi dapa ditanggapi dan direspon oleh mekanisme pertuturan manusia.
3.      Fonetik Auditoris Dan Fonetik Persepsi
fonetik auditoris dan fonetik persepsi ini mengarah pada kajian bagaimana manusia menentukan pilihan-pilihan bunyi yang diterima alat pendengar.


B.     Ketidaklancaran Berujar Yang Terkait Dengan Kajian Fonetik
Pada umumnya penutur memiliki masalah ketidaklancaran dalam berujar atau tidak langsung merepons yang sewajarnya, hal ini disebabkan oleh beberapa sebab yaitu sebagai berikut.
1.        Kegagapan
Pada umumnya, Gagap adalah suatu gangguan bicara di mana tanpa disadari adanya pengulangan dan pemanjangan suara, suku kata, kata, ataufrasa; sertajeda yang mengakibatkan gagalnya produksi suara. Umumnya, gagap bukan disebabkan oleh proses fisik produksi suara atau proses penerjemahan pikiran menjadi kata. Gagap juga tak berhubungan dengan tingkat kecerdasan seseorang, orang yang gagapumumnya normal.
2.        Kelumpuhan Saraf
Kelumpuhan saraf adalah kondisi medis yang ditandai dengan lunglainya kelopak mata dan penglihatan ganda. Hal ini terjadi akibat kerusakan atau tekanan pada saraf dan memiliki kemungkinan penyebab yang bervariasi, seperti infeksi, tumor atau trauma. Kemungkinan gejala lain yang dapat timbul termasuk pelebaran pupil atau nyeri kepala. Prognosis dan komplikasi akan tergantung dari penyebab yang menyebabkan kondisi ini dan respon terhadap pengobatan. Sebagai contoh, apabila kondisi ini disebabkan oleh infeksi, menangani infeksi akan secara umum memperbaiki gejala-gejala. Pada beberapa kasus, kelopak mata yang lunglai dan penglihatan buram akan menetap meskipun telah ditangani. Akan tetapi, akbat seperti tadi dapat dicegah dengan diagnosis dan penanganan dini oleh seorang dokter.
3.        Rusak Pendengaran
Penutur yang mengalami kerusakan pendengaran ini diajarkan bertutur dengan bantuan alat spektograf dan oskiloskop oleh fenetisi. Gangguan pendengaran dibagi menjadi beberapa tipe-tipe gangguan pendengaran antara lain :
a.      Gangguan Pendengaran Konduktif

Setiap masalah di telinga luar atau tengah yang mencegah terhantarnya bunyi dengan tepat dinamakan gangguan pendengaran konduktif. Gangguan pendengaran konduktif biasanya pada tingkat ringan atau menengah, pada rentang 25 hingga 65 desibel.


Dalam beberapa kejadian, gangguan pendengaran konduktif bersifat sementara. Pengobatan atau bedah dapat membantu tergantung pada penyebab khusus masalah pendengaran tersebut.  Gangguan pendengaran konduktif juga dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah.

b.      Gangguan Pendengaran Sensorineural

            Gangguan pendengaran sensorineural disebabkan oleh hilangnya atau rusaknya sel saraf (sel rambut) dalam rumah siput dan biasanya bersifat permanen. Gangguan pendengaran sensorineural, yang disebut juga “tuli saraf”, dapat ringan, menengah, berat atau parah.
         
               Gangguan pendengaran ringan hingga berat sering dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah. Sedangkan implan rumah siput seringkali merupakan solusi atas gangguan pendengaran berat atau parah.
    
           Sebagian orang menderita gangguan pendengaran sensorineural hanya pada frekuensi tinggi, juga dikenal dengan sebutan tuli sebagian. Dalam hal ini, yang rusak hanya sel rambut pada ujung rumah siput. Pada bagian dalam rumah siput, apeks, sel rambut yang berfungsi untuk memproses nada rendah masih utuh. Stimulasi akustik dan elektrik gabungan, atau EAS, telah dikembangkan khusus untuk menangani kejadian seperti ini.

c.       Gangguan Pendengaran Campuran
                Gangguan pendengaran campuran merupakan gabungan dari gangguan pendengaran sensorineural dan konduktif. Gangguan ini disebabkan oleh masalah baik pada telinga dalam maupun telinga luar atau telinga tengah. Opsi penanganan mencakup pengobatan, bedah, alat bantu dengar atau implan pendengaran telinga tengah .

d.      Gangguan Pendengaran Saraf

     Masalah yang disebabkan oleh tidak adanya atau rusaknya saraf pendengaran dapat mengakibatkan gangguan pendengaran saraf. Gangguan pendengaran saraf biasanya parah dan permanen.

Alat bantu dengar dan implan rumah siput tidak dapat mengatasi hal ini karena saraf tidak dapat meneruskan informasi bunyi ke otak.
Dalam banyak kejadian, Implan Batang Otak Auditory (ABI) dapat menjadi pilihan pengobatan.
C.    Fonem dan Jenisnya
Fonem adalah bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna.Kenneth L.Pike dalam muslich (1963:63) mengatakan,”a phoneme is one of the significant units of sounds,or a contranstive sound unit.”L.Bloomfield(1961:79)mengatakan”a minimum unit of distinctive sound feature is a phoneme.”Berdasarkan rumusan tersebut jelaslah bahwa fonem mempunyai “fungsi pembeda”,yaitu pembeda makna.Fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Perlu diingat bahwa fonem merupakan penamaan sistem bunyi yang membedakan makna, jumlah fonem lebih sedikit dari bunyi-bunyi yang ada. Fonem dibagi menjadi dua bagian yaitu fonem grafemik dan grafem.
-          Fonem grafemik, memiliki 1 arti dalam bidang ilmu linguistik, grafemik memiliki arti dalam kelas nomina dapat dinyatakan nama dari seseorang dan tempat. Dalam KBBI grafemik yaitu penyelidikan mengenai tulisan huruf disistem aksara.

-          Grafem adalah sistem pertambangan bunyi alih-alih disebut sistem ejaan, grafem pada dasarnya adalah huruf.Grafem dibagi menjadi 2 yaitu :
1.      Grafem yang mengikuti sistem fonetis.
Lebih populer dan melambangkan bunyi-bunyi yang diucap penutur dalam bentuk huruf. Jumlah bunyi dilambangkan relatif banyak dari jumlah yang ada dalam alphabet.

2.      Grafem yang mengikuti sistem fonemis
Melambangkan fonem-fonem bahasa tertentu dalam bentuk huruf. Jadi, pelambangan disesuaikan dengan bunyi-bunyi yang membedakan makna.

D.     Dasar-Dasar Analisis Fonem
Dasar-dasar analisis fonem adalah pokok-pokok pikiran yang dipakai sebagai pegangan untuk menganalisis fonem-fonem suatu bahasa.Pokok –pokok pikiran tentang bunyi berbentuk pernyataan-pernyataan yang lumrah atau maklum sehingga tidak perlu dipersoalkan lagi, maka pokok-pokok pikiran itu bisa disebut premis-premis.
Pokok-pokok pikiran atau premis-premis yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a.       Bunyi-Bunyi Suatu Bahasa Cenderung Dipengaruhi oleh lingkungannya
Premis ini bisa dibuktikan dengan deretan bunyi pada kata-kata bahasa Indonesia berikut:
[nt] pada [tinta] dan [ṇḍ] pada [tuṇḍa]
[mp] pada [mampu] dan [mb] pada [kәmbar]
[ñc] pada [piñcaƞ] dan [ƞg] pada [taƞga]
[ƞk] pada [nanka] dan [ñj] pada [panjaƞ]
Deretan bunyi tersebut saling mempengaruhi dan saling menyesuaikan demi kemudahan pengucapan. Deretan bunyi tersebut mempunyai kesamaan fonetis. Bunyi [n], [t], dan [d] sama-sama bunyi dental, bunyi [m], [p] dan [b] sama-sama bunyi bilabial, bunyi [ñ], [c], dan [j] sama-sama bunyi palatal, sedangkan bunyi [ƞ], [k], dan [g] sama-sama bunyi velar.
b.      Sistem Bunyi Suatu Bahasa Berkecenderungan Bersifat Simetris
Kesimetrisan sistem bunyi ini bisa dilihat pada bunyi-bunyi bahasa Indonesia berikut.Selain ada bunyi hambat bilabial[p]dan [b],juga ada nasal bilabial[m].Selain ada bunyi hambat dental[t] dan [d],juga ada bahasa nasal dental [n].Pemikiran pola simetris ini bisa dikembangkan pada sistem bunyi lain ketika menemukan fonem-fonem yang menyangkut bunyi-bunyi bahasa yang diteliti,baik pola-pola atau sistem pengucapan maupun pola-pola atau sistem fonemnya.
c.       Bunyi-Bunyi Suatu Bahasa Cenderung Berfluktuasi
Gejala fluktuasi bunyi ini sering dilakukan penutur bahasa,tetapi dalam batas-batas wajar,yaitu tidak sampai membedakan makna.
Contoh: Untuk makna yang sama,selain [papaya]juga diucapkan[pәpaya],selain
[sәkadar] juga diucapkan [sәkәdar].
d.      Bunyi-Bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis digolongkan tidak
berkontras apabila berdistribusi komplementer dan atau bervariasi
bebas.
Tidak berkontras adalah tidak membedakan makna.bunyi-bunyi dikatakan berdistribusi komplementer apabila bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis itu saling mengekslusifkan.
Contoh:Bunyi[k]dan [?]adalah bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis.Dalam bahasa indonesia,kedua bunyi itu saling mengekslusifkan.bunyi [k]tak pernah menduduki posisi[?]dan bunyi[?]tak pernah menduduki
e.       Bunyi-bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis digolongkan ke
dalam fonem yang berbeda apabila berkontras dalam lingkungan yang sama atau mirip.
Mengetahui kontras tidaknya bunyi-bunyi suatu bahasa dilakukan dengan cara pasangan minimal,yaitu penjajaran dua atau lebih bentuk bahasa terkecil dan bermakna dalam bahasa tertentu yang secara ideal(berbunyi)sama,kecuali satu bunyi yang berbeda.
Contoh:[tari] -[dari]
[paku]-[baku]


Distribusi fonem adalah letak atau beradanya sebuah fonem didalam suatu ujaran yang biasa kita sebut dengan kata. Secara umum fonem dapat berada diawal posisi kata,ditengah maupun diakhir kata. Ada beberapa fonem yaitu :
a.       Fonem vokal, selalu dapat menduduki semua posisi pada semua tempat, berkenaan dengan posisinya sebagai kenyaringan pada setiap silabel.
Contohnya : ambil
Vokal /i/, dapat menduduki semua posisi (indah, amin, dan tani).
b.      Fonem konsonan, tidak selalu demikian, hanya bisa menduduki awal atau akhir, mungkin bisa menduduki posisi awal saja.
Contohnya : pikat, lipat, dan tutup
Konsonan /b/ juga dapat menduduki semua tempat, seperti bambu, timbul, dan sebab.
Namun, pada posisi akhir sebagai koda posisinya mendua. Di sini fonem /b/ itu hilang kontrasnya dengan fonem /p/, hal ini disebut arkifonem.
c.       Fonem diftong,
-Diftong iay dapat menduduki posisi awal dan akhir.
Contohnya : pantay dan landay.
-Diftong ioy hanya menduduki posisi akhir.
Contohnya : amboy


Komentar